Jumat, 15 Juni 2012

BUDAYA POPULER


Masuklah ke Department store terkenal. Coba perhatikan pengunjung yang asyik melihat-lihat ragam koleksi yang supertrendi itu. Di depan rak deretan maxi dress, bisa jadi ada seorang wanita berusia 40-an berdampingan dengan wanita usia belasan tahun. Mereka memilih maxi dress yang sama! Fenomena terkini, wanita segala usia berkumpul di satu toko baju untuk membeli item fashion yang sama.Setelah dibeli, maxi dress berbahan jersey dengan motif bunga-bunga itu dipakai tak hanya untuk arisan di mal, tapi juga dipakai untuk membeli roti di supermarket, atau terkadang berubah fungsi sebagai baju tidur. Sah-sah saja.



        Mendefinisikan "budaya" dan "populer", yang pada dasarnya adalah konsep yang masih diperdebatkan, sangat rumit. Definisi itu bersaing dengan berbagai definisi budaya populer itu sendiri. John Storey, dalam Cultural Theory and Popular Culture, membahas enam definisi. Definisi kuantitatif, suatu budaya yang dibandingkan dengan budaya "luhur" (Misalnya: festival-festival kesenian daerah) jauh lebih disukai. "Budaya pop" juga didefinisikan sebagai sesuatu yang "diabaikan" saat kita telah memutuskan yang disebut "budaya luhur". Namun, banyak karya yang melompati atau melanggar batas-batas ini misalnya Shakespeare, Dickens, Puccini-Verdi-Pavarotti-Nessun Dorma. Storey menekankan pada kekuatan dan relasi yang menopang perbedaan-perbedaan tersebut seperti misalnya sistem pendidikan.
        Definisi ketiga menyamakan budaya pop dengan Budaya Massa. Hal ini terlihat sebagai budaya komersial, diproduksi massal untuk konsumsi massa. Dari perspektif Eropa Barat, budaya pop dapat dianggap sebagai budaya Amerika. Atau, "budaya pop" dapat didefinisikan sebagai budaya "autentik" masyarakat. Namun, definisi ini bermasalah karena banyak cara untuk mendefinisikan "masyarakat". Storey berpendapat bahwa ada dimensi politik pada budaya populer; teori neo-Gramscian "… melihat budaya pop sebagai tempat perjuangan antara 'resistansi' dari kelompok subordinat dalam masyarakat dan kekuatan 'persatuan' yang beroperasi dalam kepentingan kelompok-kelompok dominan dalam masyarakat." Suatu pendekatan postmodernism pada budaya populer "tidak lagi mengenali perbedaan antara budaya luhur dan budaya populer."
          Storey menekankan bahwa budaya populer muncul dari urbanisasi akibat revolusi industri, yang mengindentifikasi istilah umum dengan definisi "budaya massa". Penelitian terhadap Shakespeare (oleh Weimann atau Barber Bristol, misalnya) menemukan banyak vitalitas karakteristik pada drama-drama Shakespeare dalam partisipasinya terhadap budaya populer Renaissance. Sedangkan, praktisi kontemporer, misalnya Dario Fo dan John McGrath, menggunakan budaya populer dalam rasa Gramscian yang meliputi tradisi masyarakat kebanyakan (Ludruk misalnya).
            Budaya Pop selalu berubah dan muncul secara unik di berbagai tempat dan waktu. Budaya pop membentuk arus dan pusaran, dan mewakili suatu perspektif interdependent-mutual yang kompleks dan nilai-nilai yang memengaruhi masyarakat dan lembaga-lembaganya dengan berbagai cara. Misalnya, beberapa arus budaya pop mungkin muncul dari (atau menyeleweng menjadi) suatu subkultur, yang melambangkan perspektif yang kemiripannya dengan budaya pop mainstream begitu sedikit. Berbagai hal yang berhubungan dengan budaya pop sangat khas menarik spektrum yang lebih luas dalam masyarakat.
Budaya populer (biasa disingkat sebagai budaya pop—dalam bahasa Inggris popular culture atau disingkat pop culture) adalah gaya, style, ide, perspektif, dan sikap yang benar-benar berbeda dengan budaya arus utama 'mainstream' (yang preferensinya dipertimbangkan di antara konsensus informal). Banyak dipengaruhi oleh media massa (setidaknya sejak awal abad ke-20) dan dihidupkan terus-menerus oleh berbagai budaya bahasa setempat, kumpulan ide tersebut menembus dalam keseharian masyarakat. Budaya populer sering dipandang sepele dan "tidak intelek" jika dibandingkan dengan apa yang disetujui sebagai budaya arus utama. Sebagai hasil dari persepsi ini, budaya pop mendapat banyak kritikan dari berbagai sumber ilmiah dan budaya mainstream (biasanya dari kelompok-kelompok religi dan countercultural) yang menganggap budaya pop superficial (palsu), konsumeris, sensasionalis, dan tak bermoral.

Sikap ini tercermin dalam preferensi dan penerimaan atau penolakan terhadap berbagai fitur dalam berbagai subjek, misalnya masakan, pakaian, konsumsi, dan banyak aspek entertainment seperti olahraga, musik, film, dan buku-buku. Budaya populer sering bertolak belakang dengan "budaya tinggi" (budaya luhur, budaya adiluhung) yang merupakan budaya kaum penguasa. Juga ditentangkan dengan budaya rendah atau rakyat dari kelas akar rumput.

Awal mula penggunaan kata "popular" dalam bahasa Inggris adalah pada abad kelima belas dalam hukum dan politik, yang berarti rendah "rendah", "dasar", "vulgar", dan "masyarakat kebanyakan"; sejak akhir abad kedelapan belas, popular berarti "luas" dan mendapatkan arti konotasi yang positif (William, 1985). Kata "Culture" di kalangan pengguna bahasa Inggris, sejak tahun 1950-an digunakan untuk mengacu pada berbagai kelompok masyarakat, dengan penekanan pada perbedaan budaya.

Budaya Pop Sebagai Komunikasi Politik

Mengapa para bakal calon (balon) gubernur atau presiden akhir-akhir ini suka bernyanyi? Mengapa bahkan ada yang merasa perlu menggubah lagu dan meluncurkan album? Mengapa balon pejabat di berbagai daerah nyaris dari Sabang hingga Merauke merasa perlu mencantumkan deretan gelar akademis di kartu nama dan media kampanye politiknya?

Jawabannya, barangkali karena "Politik adalah show business," kata Neil Postman, seorang pedagog dan kritikus media. Politik adalah bisnis pertunjukan! Guy Debord, dalam The Society of the Spectacle, menyebut masyarakat mutakhir, "masyarakat tontonan". Dalam "masyarakat tontonan", citra, kesan, dan penampilan luar adalah segalanya. Ia perlu dikemas agar memikat masyarakat. Ingat, politik citra adalah politik kemasan!
Perkembangan politik ternyata tak bisa menghindar dari kemajuan teknologi komunikasi dan pergeseran selera masyarakat. Kanal budaya pop menjadi sarana komunikasi antara elite politik dan massa. Budaya pop, politik, dan komunikasi politik mengalami konvergensi (bertemu) satu sama lain. Misalnya, kampanye politik sudah lumrah melibatkan artis pop, musik pop/dangdut, dan program televisi dipenuhi dengan politisi "artis" pop. Politisi yang "serius" pun (seperti tentara!) harus berhadapan dengan sorotan yang terus-menerus dari media pop atas kinerja pribadi dan politiknya.

Memang gejala ini bukanlah hal baru. Ia mengalami peningkatan akibat dukungan budaya televisi dan digital. Dalam Politics and Popular Culture, Street (1997) melukiskan genre politik ini sebagai "soal penampilan" (a matter of performance). Politik memiliki kaitan yang erat dengan budaya pop. Permainan di depan pemirsa televisi menjadi bentuk seni pertunjukan. Menurut Street, politik sebagai budaya pop adalah menciptakan khalayak. Orang yang akan tertawa dengan lelucon, memahami kecemasan, dan berbagi harapan dengan politisi, baik media pop maupun politisi menciptakan karya fiksi pop yang menggambarkan dunia impian rakyat.

Di era kedigdayaan televisi, politik dan laku politisi menjadi panggung hiburan. Di era ini, politisi lebih suka tampil di media dan membuat sensasi berita. Lebih suka retorika daripada karya, lebih doyan fashion ketimbang vision. Televisi tampil sebagai media utama kanal komunikasi elite politik sekaligus kanal gosip politik.

Televisi tidak hanya menjadi media talkshow yang kian mencerdaskan. Akan tetapi lewat televisi, pertengkaran dan perkelahian elite politik menjadi drama dan telenovela politik di ruang keluarga. Hubungan pacar gelap seorang politisi menjadi bumbu acara infotainment dan majalah gosip. Meledaknya industri telefon seluler telah memicu industri "perselingkuhan politik". Dipaparkannya "hubungan mesra" beberapa oknum politisi di layar HP menjadi contohnya!

Di era kedigdayaan "masyarakat hiburan", bisnis politik terus bertaut dengan bisnis hiburan. Pada saat yang sama terus berlangsung revolusi dalam lanskap komunikasi politik di Indonesia. Debat antarcalon pejabat mulai di tingkat pusat hingga daerah kian menjelaskan pentingnya senyum kemenangan, wajah ramah dan segar, komposisi bedak di pipi, semir dan sisir rambut yang rapi dan klimis, dan sedikit kerdipan mata ke penonton.

Dan, perlu ditambahkan pula, kemampuan menyanyi. Penampilan diri yang kukuh dan penuh percaya diri dicampur kehangatan menyapa pemirsa menjadi tanda kesiapan sang politisi. Dari ruang-ruang persiapan yang melibatkan "juru rias kampanye" disemprotkan berbagai parfum yang menebarkan aroma wewangian di pentas interaksi elite politik Indonesia. Pemilu 2004 mulai menandai aura wewangian dan kemewahan menjadi sarana komunikasi citra antarelite politik dan antara elite politik dan massa.

Para teoretisi komunikasi politik kontemporer menyebut kriteria penting kesuksesan politisi masa kini adalah kemampuan mengeksploitasi televisi dan memproyeksikan profil pribadinya. Politisi yang sukses selalu mengeksploitasi teknologi komunikasi era mereka. Theodore Roosevelt mempromosikan karier politik dan menjadi perintis awal seni manajemen kesan di media. Kemenangan Kennedy atas Nixon awal 1960-an adalah kemenangan citra. Kemenangan Ronald Reagan, sang aktor pada 1980-an dan kemenangan Arnold Schwarzenegger sebagai Gubernur California pada 2000-an adalah logis ketika media adalah pembentuk kesan.

Keberhasilan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mempromosikan karier politiknya juga berkat "drama politik" yang dimediakan dan ditelevisikan. Dimulai saat pengunduran dirinya dari posisi menko polkam. Melalui manajemen persepsi, realitas SBY telah "digelembungkan" menjadi citra unggulan, yang dipertarungkan merebut dukungan suara di bursa politik.

Sejak itu, tampilan politik Indonesia menjadi lain. Ketika batas politisi dan selebriti menjadi kabur, ketika politisi menjadi aktor, dan para selebriti berduyun-duyun memasuki pentas politik, tak heran para elite di Indonesia kian rajin membaca puisi, main gitar, dan menyanyi. Pidato politik kini mulai diselingi dengan alunan suara politisi (sekalipun terdengar sumbang).

Ketika rentetan musibah menimpa bangsa, Presiden SBY merespons, mengajak bangsa Indonesia terus bersabar dan melantunkan lagu "Untuk Kita Renungkan" yang diiringi dentingan gitar Ebiet G. Ade. Dalam masyarakat hiburan (amusement society), tampak bagaimana cara elite politik Indonesia menanggapi bencana. Tak harus membuat kening berkerut, fun saja, dan hadapi dengan sabar dan senyum.. Potret tebaran senyum politisi Indonesia di pentas budaya pop

بحث مخارج الحروف أين ينطق؟


إسم : عبدالرحمن
رقم القيد: 09310026




قسم حروف الحلق والجوف


   الخاء الصوت الذى يشترك في نطقه, أقصي اللسان مع الطبق وهو " قصى طبقي"
   الغين الصوت الذى يشترك في نطقه,  أقصى اللسان مع الطبق وهو "قصى الطبقي"
   العين الصوت الذى يشترك في نطقه مع جذران اللسان وهو "جذري حلقي"
 الحاء الصوت الذى يشترك في نطقه مع جذران اللسان وهو "جذري حلقي" 
    الهاء الصوت الذى يشترك في نطقه الحنجرة "حنجري"
الهمزة الصوت الذى يشترك في نطقه الحنجرة "حنجري"

قسم اللسان



القاف الصوت الذى يشترك في نطقه اللهاة مع أقصى اللسان "قصي لهوي"
الكاف الصوت الذى يشترك في نطقه, أقصى اللسان مع الطبق وهو " قصي طبقي"

الياء الصوت الذى يشترك في نطقه, وسط اللسان مع الغار وهو " وسطي غاري"  
الجيم الصوت الذى يشترك في نطقه ، وسط اللسان مع الغار وهو " وسطي غاري"
الشين الصوت الذى يشترك في نطقه ، وسط اللسان مع الغار وهو " وسطي غاري"

اللام الصوت الذى يشترك في نطقه, طرف اللسان مع أصول الأسنان العليا مع اللثة "ذلقي لثوي أثناني"
الضاد الصوت الذى يشترك في نطقه ذلق اللسان مع أصول الثنايا العليا في إلتقاء مع اللثة "ذلقي لثوي أثناني"



النون الصوت الذى يشترك في نطقه,طرف اللسان مع أصول الأسنان العليا مع اللثة "ذلقي لثوي أثناني"

الراء الصوت الذى يشترك في نطقه,  ذلق اللسان مع اللثة وهو "ذلق لثوي"


الدال الصوت الذى يشترك في نطقه, طرف اللسان مع أصول  الثنايا العليا في الإلتقاء وهو " ذلقي لثوي اثناني "
التاء الصوت الذى يشترك في نطقه، ذلق اللسان مع أصول ثنايا العليا في التقاء مع اللثة وهو "ذلقي لثوي اثناني"
الطاء الصوت الذى يشترك في نطقه ذلق اللسان مع أصول الثنايا العليا في إلتقاء مع اللثة "ذلقي لثوي أثناني"




الزاء الصوت الذى يشترك في نطقه, ذلق اللسان مع اللثة  وهو "ذلق لثوي"
السين الصوت الذى يشترك في نطقه, ذلق اللسان مع اللثة وهو "ذلق لثوي"
الصاد الصوت الذى يشترك في نطقه, ذلق اللسان مع اللثة  بتقديم الشفتين (العليا و السفلى) وهو "ذلق لثوي" 


الثاء الصوت الذى يشترك في نطقه، طرف اللسان بين الثنايا العليا و السفلى وهو"ذلقي أسناني"
الذال الصوت الذى يشترك في نطقه, طرف اللسان بين الثنايا العليا و السفلى وهو"ذلقي أسناني"
الظاد الصوت الذى يشترك في نطقه , طرف اللسان بين الثنايا العليا و السفلى في إنتاجه وهو"ذلقي أسناني"







قسم شفتين و الخيشوم

الفاء الصوت الذى يشترك في نطقه, أطراف الثنايا العليا على الشفة السفلى وهو " شفوى أسنانى"


الباء الصوت الذى يشترك في نطقه، إلتقاء الشفتين(السفلى والعليا) وهو
 " شفتاني"
الميم الصوت الذى يشترك في نطقه, إلتقاء الشفتين(السفلى والعليا) وهو
 " شفتاني"
الواو الصوت الذى يشترك في نطقه, إلتقاء الشفتين(السفلى والعليا) وهو
 " شفتاني"




 



تغير المعنى


الباب الثاني
البحث

1.1.     مفهوم تغير المعنى
      تغير موقفنا من الشيء: إذا كان المعنى هو ما نملكه من أفكار وتصورات عن المشار إليه.
   التغييرات تحدث في اللغة دائما لأنها نظام للتواصل بين الناس مرتبطة بأحوالهم وظروفهم الاجتماعية والثقافية والعقلية، وهذه الأحوال والظروف لا تسير على وتيرة واحدة. ومتى توفرت الأسباب حدث التغيير حسب طرق وأصناف معينة.
     وسنقرض أنفسنا من بين مشكلات تغير المعنى على مشكلتين اثنين هما:
1- أسباب تغير المعنى
2- أشكال تغير المعنى
      2.1. أشكال تغير المعنى
تحديد طرق تغير المعنى يُعد ثمرةً لجهود اللغويين المحدثين, حيث أفادت دراستهم عن التطور الدلالى حصر مظااهر رئسية لهذا التطور, و هى:
1-  توسيع المعنى (التعميم) Widening
2-  تضييق المعنى (التخصيص) Narrowing
3-  انتقال المعنى.
4-  مظااهر أخرى.
1.   توسيع المعنى:
يقصد به التعميم معنى الكلمة, وذلك بنقله من معنى خاص ضيق إلى معنى معنى عام أوسع وأشمال, ويحدث هذا بإسقاط بعض الملامح الدلالية للكلمة, فكلمة "أب" حين تطلق على كل رجل, يسقط عنها ملمح القرابة, ويبقى ملمحا الذكورة والبلوغ, وتعميم الدلالات أقل شيوعا فى اللغات من تخصيصها, واقل أثرا فى تطور الدلالات وتغيرها[1], ويذكر فندريس أن التعميم ينحصر فى إطلاق اسم نوع خاص من أنواع الجنس على الحنس كله, ويمثل فندريس لهذا المظهر بحال الأطفال الذين يسمون جميع الأنهار باسم النهر لاذى يروى البلدة التى يعيشون فيها, مثل الطفل البارسي عندما يصيح وقد راى نهرا : "أرى سينا"[2], ويمثل له Ulmann بالكلمة الإنجليزية Arrive  فإنها انحدرت عن الأصل اللاتينAdripare  بمعنى يصل إلى الشاطئ, وهذه الأخيرة ترجع بدورها غلى Ripa  أى: شاطئ, فهذه الكلمة كانت فى الأصل مصطلحا بحريًّا لا يجوز استعماله إلا فى معنى الوصول إلى الميناء, أما الآن فقد اتسع نطاق استعمالها حتى أصبحت تشمل عددا ضخما من أنواع الوصول, سواء أكان ذلك على القدم أم بأى وسيلة[3].
وفى اللغة العربية نلحظ ما يشبه تعميم الدلالات لدى تلأطفال حين يطلقون اسم الشئ على كل ما يشبهه, لأدنى ملابسة أو مماثلة, وذلك لقصور محصولهم اللغوى, وقد يطلق الطفل لفظ "الأب" على كل رجل يشبه اباه في هيئته, وقد يطلق لفظ "الأم" على كل امرأة تشبه أمه في هيئتها[4].
وقد عقد السيوطى مبحثا فى كتابه "المزهر" يما وضع فى الأصل خاصا ثم استعمل عامًّا[5].
وارى أن توسيع المعنى وإن كان يمثل مظهرا من مظاهر التطور الدلالى وسبيلاللتوسيع اللغوى من ناحية, فإنه-من ناحية أخرى-يمثل أحيانا شاهدا على العجز اللغوى (خاص لدى عامة الناس), والمشاهد لواقع اللغة عند العامة يجد الفاظا  تستخدمها العامة بتعميم لا ضابط له ولا حدّ, من بين هذه الالفاظ على سبيل المثال. لفظة "بتاع"[6], "الحاجة" حيث خرجت من معنى الاحتياج غلى معنى الأشياء التى نحتاجها, أى شيء.
وهكذا "الناس فى حياتهم العادية يكتفون بأقل قدر ممكن من الدلالات وتحديدها وهم لذلك قد ينتقلون باللالة الخاص إلى الدلالة العامة, إيثارا للتيسير على انفسهم, والتماسا لأيسر فى خطابهم".[7]
         2. تضييق المعنى "التخصيص":
ويقصد به تخصيص مجال دلالة الكلمة, ويحدث هذا بإضافة بعض الملامح الدلالية المميزة للكلمة, وهذا المظهر كثير الشيوع فى اللغات, ويمثل له أولمان Ulmann  بالكلمة الإنجليزية Poison  ومعنها: "السم" وهى الكلمة نفسها Pation "الجرعة من أى ساإل", ولكن الذى حدث هو أن الجرعات السامةدون غيرها هى التى استرعت الانتباه واستأثرت به, لسبب او الآخر, وبهذا تحديد المدلول وأصبح مقصورا على اشياء تقل فى عددها عاما كانت عليه الكلمة فى الصل إلى حدّ ملحوظ[8], ومن أمثلة هذا المظهر فى اللغة العربية الكثير، فقد تخصصت كلمة (الطهارة) وأصبحت تعنى الختان، وتخصصت كلمة (الحريم) فبعد أن كانت تطلق على كل محرم لا يمس أصبحت الآن تطلق على) النساء..(إلخ[9].
ويلعب تخصيص المعنى دورًا كبيرًا فى مجال المصطلحات الفنية والعلمية، فكثير من العلوم تسـتدعى الكلمـات وتجرِّدهـا من معناها اللغوى، وتقصرهـا على معناها الاصطلاحى، حتى إن الكلمة الواحدة يصبح لها أكثر من معنى اصطلاحى، مثل: المضارع، يقصد به فى النحو: الفعل الدال على حدوث شىء فى زمن التكلُّم أو بعده، ويراد به فى العروض: بحر من بحور الشعر. كذلك كلمة )جذر (لها معنى اصطلاحى فى علم اللغة يختلف عنه فى علم الرياضيات، أيضًا ما حدث لكثير من الألفاظ الدينية مثل: الصلاة، الزكاة، الحج، الصوم، ..إلخ. حيث تحولت دلالتها من المعنى اللغوى العام إلى المعنى الاصطلاحى الخاص، وقد عقد السيوطى مبحثًا فى كتابه: "المزهر"، عنوانه: "فيما وضع عامًّا واستعمل خاصًّا[10].
3. انتقـال المعـنى:
        ويقصد به الانتقال بالكلمة من معناها الأصلى إلى معنى آخر بينه وبين المعنى الأصلى علاقة، فإن كانت هذه العلاقة علاقة مشابهة بين المعنيين فهى "الاستعارة"، وإن كانت هذه العلاقة غير المشابهة بين المعنيين فهى المجاز المرسل.
        والفرق بين هذا المظهر "انتقال المعنى" والمظهرين السابقين "تخصيص المعنى، وتعميم المعنى" يوضحه فندريس بقوله:
"
وهناك انتقال عندما يتعادل المعنيان، أو إذا كانا لا يختلفان من جهة العموم والخصوص، كما فى حالة انتقال الكلمة من المحلِّ إلى الحالِّ، أو من السبب إلى المسبَّب، أو من العلامة الدالة إلى الشىء المدلول عليه..إلخ، ولسنا فى حاجة إلى القول بأن الاتساع والتضييق ينشئان من الانتقال فى أغلب الأحيان، وأن انتقال المعنى يتضمن طرائق شتى، يطلق عليها النحاة أسماء اصطلاحية: الاستعارة، المجاز المرسل بوجـه عام.[11]
وهناك فرقٌ آخر بين انتقال المعنى وتوسيع المعنى وتضييقه يحدده فندريس بقوله:
"
التوسيع والتضييق يتم بصورة غير شعورية، أما انتقال المعنى فيتم بصورة قصدية، لمقصد أدبى فى الأعم الأغلب.[12]
        واستعمال الكلمة بالمعنى الجديد على سبيل المجاز لا يلبث مع كثرة الاستعمال أن ينتشر بين الناس، وتتحول الدلالة المجازية إلى حقيقة، وقد أثبت اللغويون ملاحظاتهم بأن تغير الدلالات يكون فى الانتقال من الدلالات الحسية إلى الدلالات المعنوية (المجازية)، والمسافة بين المعنى الحقيقى (الحسى) والمعنى المجازى (المعنوى)تمثل رحلة تغير الكلمة من الحقيقة إلى المجاز.
وقد ميَّز اللغويون بين نوعين من انتقال المعنى، وقام هذا التمييز على أساس نوع العلاقة بين المعنيين، وهمـا:
أ- انتقال المعنى لعلاقة المشابهة بين المدلولين.
ب- انتقال المعنى لعلاقة غير المشابهة بين المدلولين.
أ- انتقال المعنى لعلاقة المشابهة بين المدلولين، أى بسبب الاستعارة:
        وقد وضَّح Ullmann  هذا النوع بقوله:
إننا حين نتحدث عن عين الإبرة نكون قد استعملنا اللفظ الدال على عين الإنسان استعمالاً مجازيًّا، أما الذى سوَّغ لنا ذلك فهو شدة التشابه بين هذا العضو والثقب الذى ينفذ الخيط من خلاله.[13]
ويبين Ullmann أن هناك نوعًا آخر من الاستعارة يعتمد على التشابه فى الشعور، فيقول:
وهناك نوع آخر من الاستعارة يعتمد على التشابه فى الشعور نحو جانبى الاستعارة، وفى نوع الإحساس بها، أكثر من اعتماده على التشابه فى الخصائص الجوهرية.[14]
وذلك كما فى قولنا: تحية عطرة، كلام بارد، حوار ساخن ...إلخ، فهنا يوجد الإحساس بأن هناك تشابهًا بين التحية الطيبة وبين العطر، وبين الكلام الهادئ غير المؤثر والبرد، وبين الحوار المملوء بالانفعال والحيوية والسخونة.
ب- انتقال المعنى لعلاقة غير المشابهة بين المدلولين، وهو المجاز المرسل:
        والمجاز المرسل طريق من طرق التطور الدلالى، ويوضحهUllmann بقوله:
("كلمة: Bureau مكتب) قد يكون معناها اليوم: المكتب الذى يجلس إليه الإنسان ويكتب عليه، المصلحة الحكومية، أو المكان الذى تدار منه الأعمال، ومن الواضح أنه ليست هناك مشابهة بين المدلولين، ولكن بينهما ارتباطًا من نوع آخر، فالمكتب الذى نكتب عليه يوضع فى الأماكن التى تدار منها الأعمال، وعلى هذا فالفكرتان مرتبطتان بعضهما ببعض، فى ذهن المتكلم، أو قل: إنهما ينتميان إلى مجال عقلى واحد. هذا هو التفسير النفسى لذلك النوع من المجاز المعروف بالمجاز المرسل[15].
       
وللمجاز المرسل صور متعددة، وذلك بسبب تعدد علاقاته، فإطلاق الكلمة على الجملة، من قبيل إطلاق الجزء على الكل، فالعلاقة هنا جزئية، وذلك فى مثل: ألقى الرجل كلمة فى الحفل.
        وإطلاق اللسان على اللغة من قبيل إطلاق الأداة على الشىء، فالعلاقة هنا آلية، وإطلاق محل حدوث الشىء على الشىء نفسه، فالعلاقة هنا هى المحلية، فى مثل: تفوه الرجل بكلام طيب.
        فالفم محل للكلام، وعلاقة السببية واضحة فى مثل الألفاظ: نبَّه، أيقظ، شوَّق حيث إن القول هنا سبب لحدوث فعل التنبيه واليقظة والشوق.
        واعتبار العلاقة الزمانية يتضح فى مثل: يصبَّح عليه، يمسِّى، المسحراتى، فدلالة الكلام هنا ارتبطت بزمن محدد، وهو على الترتيب: الصباح، المساء، السحر.
        واعتبار ما سيكون يلمح عندما نخاطب بعض التلاميذ النبهاء فى فن خاص بـ"يا شاعر"..
          4. مظاهـر أخـرى:
          هناك مظاهر أخرى لتغير المعنى، منها:
أ- المبالغـة:
        اعتبرها Ullmann  "مسئولة عن الشعارات المذهبية والاصطلاحات الخادعة التى تستغلها أجهزة الدعاية أسوأ استغلال، حتى إنها لا تلبث أن تؤدى إلى عكس المقصود منها[16]، وذلك كما فى نحو:
"
سعيد بشكل مخيف"، "ورائع بكل بساطة"، وقد عدها  Ullmannمن المجاز بيد أنها من وجهة النظر العربية أوسع من دائرة المجاز[17].
ب- رقى الدلالة أو انحطاطهـا:
        شرف الكلمة وقيمتها بين الجماعة اللغوية مستمد من قيمة معناها، فكلمة "لواء" مثلاً، لا تكمن قيمتها فى اللام والواو والألف والهمزة، فما هذه الحروف إلا رموز معبرة عن معنى اصطلح الناس عليه، وقيمة معناها تتجلى فى قيمة السلطة المخوَّلة لهذه الرتبة وفى قيمة المسئولية المنوطة بها، والفرق بين هذه الكلمة وكلمة نقيبليس هو الفرق بين حروف الكلمتين، وإنما هو الفرق بين المعنى المشار إليه بكلمة "لواء" ومعنى كلمة "نقيب" المتمثل فى قيمة السلطة وقدر المسئولية المنوطتين بها.
        ومع تطور الحياة وتغيرها تتغير دلالة بعض الكلمات، وقد يكون نصيب الكلمة من التغير أن تستعمل بمعنى قيمته أقل من قيمة معناها الأقدم، " إنه تحول من الأفضل إلى الأدنى، ويطلق عليه انحدار المعنى[18]Degeneration  أو انحطاط الدلالة.
        والمثال على ذلك: التعبيرطول اليد : “ورد فى الحديث النبوى الشريف بمعنى: السخاء والكرم والجود، حين سألت نساء النبى صلى الله عليه وسلم: أينا أسرع لحاقًا بك يا رسول الله؟ فقال النبى صلى الله عليه وسلم: أطولكن يدًا، فى حين أن الكلمة فى الوقت الحاضر قد تستعمل بمعنى السرقة.
        كذلك اللفظة وردتدل على نبات له أزهار جميلة المنظر ذكية الرائحة ولها ألوان جذابة، فى حين أصبح للكلمة دلالة أخرى فى بعض المطاعم فى هذا العصر، حيث يطلقونها على "البصل المجفف"، والفرق واضح فى مكانة كل معنى من المعنيين فى نفوس الجماعة اللغوية.
        وكما قد يصيب الكلمة انحطاط دلالى، فقد يكون من نصيبها أن تنال دلالة أفضل من دلالتها التى كانت تستعمل بها، وهو ما يسمى برقى الدلالة أو تسامى الدلالة Elevation [19]، ويقصد به انتقال المعنى من الأدنى إلى الأفضل، والمثال على ذلك كلمة ) قرآن(، وهى مصدر من الفعل قرأ بمعنى جمع الشىء بعضه إلى بعض، فى كلام العرب قبل الإسلام، وبمجىء الإسلام أطلقت على كلام الله تعالى "القرآن"، وفى هذا من سمو المعنى ورقيه ما لا يحتاج إلى بيان، كذلك كلمة " آية" استعملت فى كلام العرب قبل الإسلام بمعنى: العلامة، لكن دلالة الكلمة ارتقت درجة أفضل حين استعملها القرآن بمعنى الجملة من الكلام[20].
2.2. أسباب تغير المعنى
ارتباط اللغة بالمجتمع ومتغيراته المتعددة، جعل الأسباب التى تؤدى إلى تغير المعنى عديدة ومتنوعة، ويمكن تصنيف هذه الأسباب إلى نوعين:
أ- أسباب لغوية.
ب- أسباب اجتماعية.
وهذا التقسيم لغرض الدراسة والبحث فقط، وإلا فالعوامل اللغوية والاجتماعية كلتاهما تعمل جنبًا إلى جنب فى آن واحد، ودون فصل بينهما فى الواقع اللغوى.
الأسباب اللغوية:
1. الحاجة:
        مواليد الحياة المتنوعة- حسية كانت أو معنوية- تحتاج إلى أسماء تدل عليها، ويرجع اللغويون إلى كنوزهم اللغويـة المتمثلة فى التراث اللغوى، ينتقون كلمـات اندثرت فيعيدون إليها الحياة، ويسمون بها مواليد الحياة المختلفة، ومن هنا تظهر كلمات قديمة قد لبست ثيابًا جديدة من المعنى، ومثل ذلك: الجريدة، الصحيفة والوظيفة والقطار والتسجيل...إلخ.
وتتم هذه العملية على أيدى الموهوبين من الأدباء والشعراء والكتاب، كذلك للمجامع اللغوية دور مهم فى هذه العملية، وقد تدفع الحاجة إلى اللجوء إلى ألفاظ أجنبية للتعبير عن مواليد حضارية لمجتمعات أجنبية، ولعدم استيعاب المجتمع لهذا التقدم العلمى يجد نفسه مضطرًّا فى بعض الأحيان إلى عملية التعريب، وقد ينشأ عن ذلك وجود لفظ أجنبى بجوار لفظ أصيل، فيؤدى ذلك إلى الترادف، أو تصبح السيادة للفظ الأجنبى ويندثر اللفظ الأصيل[21].
2. الاستعمال:
        "إن المادة الأولية للغة ثابتة، ولكن أشكالها متغيرة، وليس من الممكن أن يتطرق الفناء أو الإماتة إلى المادة الخام، إلا إذا قضى الله ألا تكون اللغة ذاتها، فأما الأشكال فإنها تحيا وتموت، تحييها ضرورة تعبيرية، ويميتها انعدام هذه الضرورة، ثم تبعثها فى صورة أخرى ضرورة جديدة، وهكذا دواليك[22].
إن إعادة استعمال المادة القديمة فى معنى جديد _ سواء كان هذا المعنى خاصًّا أم عامًّا _ يجعلها تكتسب هذا المعنى الجديد الذى استعملت فيه.
ومثال ما شاع استعماله بين الناس فتحولت دلالته وعرف بالمعنى الجديد واندثر المعنى القديم له: الألفاظ التى كانت تدل على معانٍ عامة أو مطلقة، ثم جاء الإسلام فخصصها، مثل: الصلاة والصوم والزكاة والحج والمؤمن والكافر ...إلخ.
كذلك الألفاظ التى كانت تدل على معان خاصة ثم جاء الإسلام فعممها مثل: اليأس، الرائد ...إلخ.
كما أن كثرة الاستعمال للكلمة فى معنى مجازى يؤدى إلى انقراض المعنى الأصلى لها، ويصبح معناها المجازى حقيقة، ومثال ذلك: "تحول معنى (المغفرة والغفران) من: الستر، إلى: الصفح عن الذنوب، وتحول معنى (الوغى) من: اختلاط الأصوات فى الحرب، إلى: الحرب نفسها، ومعنى (العقيقة) من: الشعر الذى يخرج على الولد من بطن أمه، إلى: ما يذبح عنه عند حلق ذلك الشعر[23].
3. الخطأ وسـوء الفهم:
        قد ينتج عن الخطأ فى تطبيق القواعد أو سوء الفهم لها تغير دلالى، ومثال ذلك كلمة "ولد" تطلق فى اللغة العربية على المولود عامَّة مذكرًا كان أو مؤنثًا، لكن تذكير الصيغة الصرفية فى اللغة لكلمة "ولد" جعل معناها يرتبط فى الذهن بالمذكر وأصبحت تطلق على الذكر دون الأنثى فى كثير من اللهجات.
        كذلك كلمة "زوج" حدث لها تغير دلالى لنفس السبب، وواضح من المثالين السابقين أن الخطأ فى تطبيق قواعد اللغة وسوء الفهم ليس إلا نتيجة للعملية الذهنية التى تسمى بالقياس الخاطىء[24].
4. تغير مدلول الكلمة لتغير طبيعة الشىء الذى تدل عليه:
        فكلمة "الريشة" مثلاً كانت تطلق على آلة الكتابة أيام أن كانت تتخذ من ريش الطيور، ولكن تغير مدلولها الأصلى تبعًا لتغير المادة المتخذة منها آلة الكتابة فأصبحت تطلق على قطعة من المعدن مشكلة فى صورة خاصة[25]. كذلك نجد كلمات مثل: (القطار، البريد، الخاتم) تغير مدلولها لتغير طبيعة الأشياء التى كانت تدل عليها هذه الكلمات.
5. تطور أصوات الكلمة:
        "ثبات أصوات الكلمة يساعد على ثبات معناها، وتغيرها يذلل أحيانًا السبيل إلى تغيره[26]، فكلمة "كماش" الفارسية، بمعنى نسيج من قطن حسن، قد تطورت فيها الكاف فأصبحت قافًا، فشابهت الكلمة العربية: "قماش" بمعنى: أراذل الناس وما وقع على الأرض من فتات الأشياء، ومتاع البيت، فأصبحت هذه الكلمة العربية، ذات دلالة جيدة على المنسوجات[27].
6. اختصار العبارة:
        يؤدى اختصار العبارة إلى تغير دلالة الكلمة، وتشيع الدلالة الجديدة، وبعد عدة أجيال تصبح الصلة بينها وبين المعنى الجديد غير واضحة، مثال ذلك قولنا فى اللهجة العامية المصرية: "فلان من الذوات" أو " من أولاد الذوات " أى: من الأغنياء، فهذه الكلمة مختصرة بلا شك من عبارة" ذوات الأمـلاك[28].
7- المشاعر العاطفية والنفسية
تحظر اللغات استعمال بعض الكلمات لما لها من إيحاءات مكروهة, أو لدلالتها الصريحة  على ما يستقبح ذكره, وهو ما يعرف باللامساس أو ال 777.
   ولا يؤدي اللامساس إلى تغير المعنى . ولكن يحدث كثيرا أن المصطلح البديل  يكون له معنى قديم, مما يؤدي إلى تغير دلالة اللفظ. فكأن اللامساس يؤدي إلى التحليل في التعبير أو ما يسمى بالتلطف, وهو في حقيقته إبدال الكلمة الحادة بكلمة أقل حدة وأكثر قبولا, وهذا التلطف هو السبب في تغير المعنى.
ب- الأسباب الاجتماعية (غير اللغوية):
1- التطور الاجتماعي والثقافي
  قد يدخل هذا السبب في السبب السابق, ولكنه لأهمية أفرده الكثرون بالذكر. ويظهر هذا السبب في عدة صور:
أ- فقد يكون في شكل الانتقال من الدلالات الحسية إلى الدلالات التجريدية نتيجة لتطور العقل الانساني ورقيه. وانتقال الدلالة من المجال المحسوس إلى المجال المجرد يتم عادة في صورة تدريجية, ثم قد تنزوي الدلالة المحسوسة, وقد تندثر, وقد تظل مستعملة جنبا إلى جنب مع الدلالة التجريدية لفترة تطول أو تقصر.
ب- وقد يكون في شكل اتفاق مجموعة فرعية ذات ثقافة مختلفة على استخدام ألفاظ معينة في دلالات تحددها تتماشى مع الأشياء والتجارب والمفاهيم الملائمة لمهنها أو ثقافتها, وقد يؤدي هذا إلى نشؤ لغة خاصة 7777 . ولا شك أن شدة الاتصال بين أفراد هذه الجماعة, وبينها وبين أفراد أخرى من المجتمع الكبير سيقضي على صعوبة إفهام الآخرين وتعاملهم مع المدلول الجديد. وقد حدث مثل هذا بالنسبة للكلمات الدنية كالصلاة والحج والزكاة والوضوء والتيمم... ويمكن القول على وجه العموم إن الإتجاه في مثل هذه الحالات يميل نحو التضيق في معنى الكلمة حين تنتقل من الاستعمال العام إلى مجالات المتخصصة.
ب-وقد يكون في شكل استمرار استخدام اللفظ ذي المدلول القديم وإطلاقه على مدلول حديث للإحساس بالستمرار الوظيفة رغم الاحتلاف في شكل.   ومن أمثلة ذلك كلمة   (سفينة) التي لم تتغير صيغتها بشكل يكاد يذكر منذ العهدالأنجلوسكوني. ومع ذلك فإن السفن الحالية تختلف عن السفن التي كان يبحر عليها قراصنة الشمال من عدة وجوه كالحجم والتركيب والشكل والخواص الفنية ..... ومثل هذا يقال عن كلمة  البيت (الإنجلية) التي ما تزال تطلق على الشكل الحديث  رغم تغيره عن القديم. وكلمة الكتب(الإنجلزية) المأخوذة من الإنجليزية القديمة بوو . ولا شك أن الطباعة قد غيرت من مفهوم الكلمة إلى حد كبير.
ج- الإبتداع :
  ويعد (الإبتداع) أو( الخلقى ) من الأسباب الواعية لتغير المعنى. وكثيرا  ما يقوم به أحد صنفين من الناس :
أ-الموهوبون من أصحاب مهارة الكلام كالشعراء والأدباء. وحاجة الأديب إلى التوضيح الدلالة أو تقوية أثرها في الذهن هي التي تحتمه على الإلتحاء إلى الإبتداع.
ب- المجامع االلغوية والهيئات العلمية حين تحتاج إلى إستخدام من لفظ ما للتعبير عن فكرة أو مفهوم معيين, وبهذا تعطى الكلمة معن جديدا يبدأ أول الأمر اصطلاحيا, ثم قد يخرج إلى دائرة المجتمع فيغزو اللغة المشتركة كذلك. ومثال ذلك كلمة 444 التي يختلف معناها بحسب مهنة متكلم أهومزارع أم عالم رياضات أم لغوي.
2-"أن هناك عاملين يؤثران فى اللغة: عامل المجتمع، وعامل الفرد، ويمكن أن نعتبرهما عاملاً واحـدًا هو عامـل المجتمع، إذا ما رأيـنا أن المجتمـع لا يؤثـر إلا من خلال الممارسات الفردية، ومن هنا يمكن أن نعترف بأن طروء بعض التغيرات فى العربية ضرورة لا معدى عنها.
        فاللغة هى الوعاء الذى تصب فيه التجربة والخبرة الإنسانية بوجه عام، فلا بد أن يختلف شكل هذا الوعاء باختلاف مضمون التجربة التى يتضمنها، وعلى هذا يمكننا أن نميز مستويات لغوية متمايزة بتمايز المضامين والخبرات التى تتشكل فى اللغة وتشكلها، فالتجربة الاجتماعية تطبع اللغة بطابع اجتماعى، والتجربة الفنية تفرض شكلاً لغويًّا آخر، والتجربة الصوفية تصطنع لها لغة خاصة، مثل: نفحة وقطب ومدد والطريق والمريد والسالك...إلخ، كما أن الخبرة العملية والعقلية- بدورها- تنشئ لغة تناسب طبيعتها، فالخبرة الاجتماعية تميل إلى التوحيد، أى خلق بناء غير متمايز داخل المستوى الاجتماعى الواحد، فكل نشاط اجتماعى يتطلب مستوى محددًا يسهِّل عملية الاتصال بين أفراده، فنجد أن للتجار لغة (تجارية)، وللعمال لغة فرضتها طبيعة العمل والعلاقات القائمة بين الأفراد وبين الأفراد وبين المجتمع (بقية الطوائف الاجتماعية الأخرى)، مثل: مهموز، إسفين، زمبة، يهرش، يخلع...إلى آخر هذه القائمة من الألفاظ التى ارتبطت بطبقة الحرفيين والتجار فى المجتمع، والخارجين عن القوانين والأعراف (كاللصوص وتجار المخدرات ... ومن إليهم) لغة يسمونها: (سيم) وهى خاصة بهم، وتتميز بالغموض والخفاء تبعًا لطبيعة أنشطتهم، "فيسمى بعض اللصوص رجل الشرطة: حذاء، ويطلقون على الضحية: العم أو الزبون ويطلق السماسرة والمقامرون على رزمة النقود التى تبلغ ألفًا من الجنيهات: باكو[29].
        إن لهذه الطوائف والجماعات ما يمكن أن يطلق عليه: "اللغات الخاصة[30]. . وللفنانين لغة تميل إلى الفردية والابتكار والانحراف أحيانًا، أما بالنسبة للنشاط العقلى العلمى، فلغته تتميز بالتحديد والوضوح، بل إن العلم (الطبيعى بخاصة) أصبحت له لغة ذات قاموس خاص، ويعتمد غالبًا على الأرقام والمعادلات، فى محاولة للخروج من خصوصية اللغة والتباسها وما تحمله كل لفظة من تراث ومضامين وظلال ربما تشوش على تحديد المعنى بالدقة التى تتطلبها طبيعة هذه العلوم من الموضوعية.
        أيضًا اختلاف البيئة المكانية له دوره فى التغير اللغوى، فمثلاً: يطلق لفظ الشاب على العجل (من الجاموس) فى صعيد مصر، بينما يطلق على الفتى فى مدينة القاهرة وهكذا فقد تنحط دلالات بعض الألفاظ فى بيئة معينة، وقد تسمو دلالات هذه الألفاظ نفسها فى بيئة أخرى، وليس أدل على ذلك من دلالة كلمة كرسى، التى تتمتع بدلالة مقدسة عند علماء الشريعة الإسلامية؛ لما أعطاها الإسلام من دلالة رفيعة عالية (وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ) البقرة/ 255 . هذا بخلاف معناها عند النجار وبخلاف معناها عند مدمنى المخدرات.
        ولا يغفل دور وسائل الإعلام فى التطور اللغوى، فاللغة الإعلامية هى البادئة بالتطور، بحكم كونها لغة حضارية ولابد أن تطوّع نفسها للتعبير عن مقتضيات العصر، خاصة وأنها لغة إخبارية تختلف المادة التى تقدم من خلالها من مرحلة إلى أخرى، بل من لحظة إلى أخرى[31].
        كما أن السرعة التى تتطلبها طبيعة اللغة الإخبارية تؤدى إلى البحث عن أقرب الكلمات إلى التعبير وإلى الفهم كليهما، وربما أدى ذلك إلى التسامح فى استخدام الألفاظ فى غير مواضعـها أحيانًا، واللغة الإعلامية تحتاج إلى تعريف لمصـدر الخبر،ولذلك نلمح فيها اهتمامًا خاصًّا بألفاظ الكلام، فمرة يقول المصدر، ومرة يؤكد، ومرة يعلِّق، ومرة يصرِّح ... إلخ.
        ولقد ساعدت الوسائل الإعلامية على انتشار ألفاظ بعينها؛ لمناسبتها للطبيعة الإخبارية، وجانب كبير من هذه الألفاظ مما يدل على الكلام، مثل: خبر، أخبر، مصدر، جريدة، ذكر، متحدث، صرح، أعرب، وضح، تحليل، تعليق، عرض، أشار، حذَّر، ندَّد، أدان، أنباء، أعلن، شجب، استنكر، مباحثات ..إلخ.
        كما أن ارتباط الوسائل الإعلامية بالسياسة ونظام الحكم كان له الأثر الواضح فى نشر كثير من ألفاظ الكلام وتطورها، ففى المجال السياسى: مؤتمر، اتفاق، معاهدة، قرار، تأييد، رفض، تنديد، شجب، خطاب، بيان.
        وارتباط هذه الوسائل أيضًا بالفنون وسَّع انتشار ألفاظ كثيرة وأكسبها لونًا من التطور، مثل: برنامج، أغنية، تمثيلية، حوار ...إلخ.
        أيضًا ارتباط هذه الوسائل بالقارئ أو المتلقى بوجه عام، أدى إلى استخدام لغة وسيطة بين الفصحى والعامية، وهذا يلمح فيها قدر كبير من التطور.
        أوضح الدلالات التى تحملها الألفاظ فى الوسائل الإعلامية هى الدلالة الاصطلاحية، فمثلاً حين ترد لفظة "صرّح" نفهم منها أن مسئولاً كبيرًا أو شخصًا له أهميته وثقله هو الذى صرّح، وحين نقول: ندّد، نفهم أن هناك أزمة أو بوادر أزمة سياسية، وحين ترد كلمة: حوار، نفهم أن هناك علاقات طيبة بين البلدين المتحاورين، إلى آخر هذه الألفاظ التى لا نستطيع أن نردها كمخاطبين إلى أصولها القديمة، أو ما تحمله من دلالات وظلالات قديمة، فقط يعبُر الذهن بكل ما تحمله اللفظة من دلالات وظلال قديمة عبورًا سريعًاإن طافت به أصلاً هذه الدلالات وتلك الظلال- ويتعامل مع التواضع الحديث للفظة، فحينما نسمع أو نقرأ لفظة: "قرار" لا يطوف بذهننا المعنى القديم (الذى يرجع إلى مجال الحركة)، ونفهم منه الدلالات الحديثة: كلمات تحدد شيئًا من أمور المجتمع يعلنها مسئول مختص.
        يضاف إلى ذلك أن وسائل الإعلام أدخلت فى اللغة العربية ألفاظًا وتعبيرات أجنبية مثل: استراتيجية، فيتو، أوكى، كاريكاتير، بولوتيكا، بوليس، تياترو ..إلخ.
 




الباب الثالث
                                                الاختتام
۱.3. الخلاصة

تحديد طرق تغير المعنى يُعد ثمرةً لجهود اللغويين المحدثين, حيث أفادت دراستهم عن التطور الدلالى حصر مظااهر رئسية لهذا التطور, و هى:
5- توسيع المعنى (التعميم) Widening
6- تضييق المعنى (التخصيص) Narrowing
7- انتقال المعنى.
8- مظااهر أخرى.
وارتباط اللغة بالمجتمع ومتغيراته المتعددة، جعل الأسباب التى تؤدى إلى تغير المعنى عديدة ومتنوعة، ويمكن تصنيف هذه الأسباب إلى نوعين:
أ- أسباب لغوية.
ب- أسباب اجتماعية.





Terima kasih telah atas kontribusi Anda berupa saran terjemahan pada Google Terjemahan.
Top of Form
Menyumbangkan terjemahan yang lebih baik:
Bottom of Form


Bahasa yang tersedia untuk penerjemahan:


[1]  د. إبراهيم أنيس: دلالة الألفاظ: ص 154.
[2]  فندريس: اللغة (الترجمة العربية): ص 258.
[3]  أولمان: دور الكلمة فى اللغة (الترجمة العربية): ص
[4] د. إبراهيم أنيس: دلالة الألفاظ: ص 155
[5] السيوطى: المزهر: 1/429
[6]  انظر: ص 31 من هذه الدراسة
[7] د. إبراهيم أنيس: دلالة الألفاظ: ص 155
[8] أولمان، دور الكلمة فى اللغة: (الترجمة العربية)، ص 180
[9] د. إبراهيم أنيس، دلالة الألفاظ: ص 154
[10] السيوطى: المزهر : 1/433
[11]  فندريس: اللغة، (الترجمة العربية): ص 256
[12]  أولمان: دور الكلمة فى اللغة (الترجمة العربية): ص185
[13] أولمان: دور الكلمة فى اللغة (الترجمة العربية)، ص 183
[14]المرجع السابق: ص 188.
[15] أولمان، دور الكلمة فى اللغة (الترجمة العربية): ص 185
[16]  أولمان، دور الكلمة فى اللغة: ص 185 (تعليق المترجم
[17] أولمان: دور الكلمة فى اللغة، ص 185 (تعليق المترجم).
[18]  د. إبراهيم أنيس: دلالة الألفاظ، ص 156..
[19]  لسان العرب: مادة (ق ر أ)؛ مادة: (أ ى ا)
[20] د. إبراهيم أنيس: دلالة الألفاظ: ص 149 وما بعدها.
[21] د. عبد الصبور شاهين: العربية لغة العلوم والتقنية: ص 55.
[22] د. إبراهيم أنيس: دلالة الألفاظ: ص 155.
[23] د. إبراهيم أنيس: دلالة الألفاظ: ص 137.
[24] أولمان: دور الكلمة فى اللغة (الترجمة العربية): ص 324.
[25] المرجع السابق: ص 322.
[26]  د. عبدالصبور شاهين: فى التطور اللغوى: ص  118
[27] المرجع السابق: ص 113
[28] د. عبدالصبور شاهين: فى العربية لغة العلوم والتقنية: ص 45.
[29] المرجع السابق: ص 118
[30] السابق نفسـه: ص 174
[31]  د. عبدالعزيز شرف: اللغة الإعلامية: ص 191